0812-7336-1787 Penyedia Layanan Sedot Tinja & Saluran Mampet di Batam
Tukang Sedot WC Professional dan Service Saluran Mampet (WC - Septictank - Kamar Mandi - Wastafel - Saluran Air - STP - WWTP - Grease Trap/Perangkap Lemak, dll) di Batam - Kepulauan Riau - Indonesia
~ Konsultan WWTP / STP / IPLT / IPAL di Pulau Batam
~ Jasa Pembuatan / Rekonstruksi WWTP / STP / IPLT / IPAL di Pulau Batam (Untuk Rumah Sakit, Klinik, Industri, Pabrik, Kawasan Industri, Shipyard, Mall, Hotel, Restaurant, dll)
~ Jasa Rekonstruksi Septictank di Batam
~ Jasa Pembuatan Laporan / Dokumen IPAL (Instalasi Pengelolaan / Pengolahan Air Limbah) per-triwulan, per-semester & tahunan
~ Kontraktor Bangunan Sipil / Renovasi Rumah di Batam
~ Jasa Pengecatan Rumah / Ruko / Gedung / Perkantoran
~ Kontraktor Jasa Pertamanan / Landscaping di Batam
http://sedotinja.blogspot.com/
Selain Melayani Jasa Sedot WC Professional dan Service Saluran Mampet di Batam - Kepulauan Riau - Indonesia, kami juga melayani pekerjaan:
~ Konsultan WWTP / STP di Pulau Batam
~ Jasa Pembuatan WWTP / STP di Pulau Batam
~ Jasa Rekonstruksi Septictank di Batam
~ Kontraktor Bangunan Sipil / Renovasi Rumah di Batam
~ Kontraktor Jasa Pertamanan di Batam
Created & Supported
by Mr Momon (Master Internet Marketer Indonesia)
http://momoncomputer.blogspot.com/
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
Kami adalah perusahaan yang konsentrasi dalam merencanakan, mendesain dan memproduksi IPAL serta membuka konsultasi seputar IPAL atau lebih dikenal sebagai jasa kontraktor pembangunan IPAL, kelebihan kami adalah dengan adanya tambahan ornamen kolam ikan yang akan memberikan kesan lebih eksklusif dan indah, dengan bahan yang cukup kuat
Kami juga dapat menyuplai dan melakukan maintenance pada alat IPAL anda. Apabila Instalasi pengolahan limbah anda sudah tidak memenuhi standar lagi maka percayakan kepada kami untuk memperbaharuinya agar hasilnya tetap memenuhi standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Sebagai kontraktor IPAL kami siap melayani pembuatan IPAL di instansi anda (Klinik, rumah Sakit, Hotel, dan industry sesuai dengan permintaan anda dan standart yang tertera pada ketetapan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995 tentang Hasil pengolahan IPAL Rumah sakit/Industri/Perkantoran/perumahan. Serta Keputusan Menteri kesehatan nomor : 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Standart Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Dengan sitem Biofilter anaerob aerob sehingga memiliki kelebihan :
1. Pengelolaannya sangat mudah.
2. Tidak perlu lahan yang luas.
3. Biaya operasinya rendah.
4. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif
5. Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.
6. Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.
7. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
8. Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.
Instalasi pengolahan air limbah
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) (wastewater treatment plant, WWTP), adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain. Fungsi dari IPAL mencakup:
• Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu pestisida, dan sebagainya dari lingkungan pertanian.
• Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan limbah rumah tangga lainnya.
• Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitas pertambangan.
Meski demikian, dapat juga didesain sebuah fasilitas pengolahan tunggal yang mampu melakukan beragam fungsi.[1] Beberapa metode seperti biodegradasi diketahui tidak mampu menangani air limbah secara efektif, terutama yang mengandung bahan kimia berbahaya.[2]
Referensi
1. ^ Frank R. Spellman, Handbook of Water and Wastewater Treatment Plant Operations, Second Edition (2008), p. 8.
2. ^ Dennis R. Heldman, Encyclopedia of Agricultural, Food, and Biological Engineering (2003), p. 55.
Sumber : https:// id. wikipedia. org / wiki / Instalasi_pengolahan_air_limbah
Fungsi-fungsi dari Instalasi pengolahan air limbah / IPAL :
• Pada Pengolahan air limbah bagianpertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu pestisida, dan sebagainya dari lingkungan pertanian.
• Pada Pengolahan air limbah daerah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan limbah rumah tangga lainnya.
• Pada Pengolahan air limbah di industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitas pertambangan. dll
Definisi atau Pengertian IPAL :
IPAL / Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah suatu perangkat peralatan teknik beserta perlengkapannya yang memproses / mengolah cairan sisa proses produksi pabrik, sehingga cairan tersebut layak dibuang ke lingkungan .
Manfaat Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) :
IPAL itu sangat bermanfaat bagi manusia serta makhluk hidup lainnya, natara lain:
a. Mengolah Air Limbah domestik atau industri, agar air tersebut dapat di gunakan kembali sesuai
kebutuhan masing-masing.
b. Agar air limbah yang akan di alirkan kesungai tidak tercemar.
c. Agar Biota-biota yang ada di sungai tidak mati.
Tujuan Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) :
Tujuan IPAL yaitu untuk menyaring dan membersihkan air yang sudah tercemar dari baik domestik maupun bahan kimia industri.
Unit-Unit Pembuatan atau pemanfaatan Instalasi pengolahan air limbah IPAL
1. Pompa Air Baku (Raw water pump)
Pompa air baku yang digunakan jenis setrifugal dengan kapasitas maksimum yang dibutuhkan untuk unit pengolahan (daya tarik minimal 9 meter dan daya dorong 40 meter). Air baku yang dipompa berasal dari bak akhir dari proses pengendapan pada hasil buangan limbah industri pelapisan logam.
2. Pompa Dosing (Dosing pump)
Merupakan peralatan untuk mengijeksi bahan kimia (ferrosulfat dan PAC) dengan pengaturan laju alir dan konsentrasi tertentu untuk mengatur dosis bahan kimia tersebut. Tujuan dari pemberian bahan kimia ini adalah sebagai oksidator.
3. Pencampur Statik (Static mixer)
Dalam peralatan ini bahan-bahan kimia dicampur sampai homogen dengan kecepatan pengadukan tertentu untuk menghindari pecah flok.
4. Bak Koagulasi-Flokulasi
Dalam unit ini terjadi pemisahan padatan tersuspensi yang terkumpul dalam bentuk-bentuk flok dan mengendap, sedangkan air mengalir overflow menuju proses berikutnya.
5. Pompa Filter
Pompa yang digunakan mirip dengan pompa air baku. Pompa ini harus dapat melalui saringan multimedia, saringan karbon aktif, dan saringan penukar ion.
6. Saringan Multimedia
Air dari bak koagulasi-flokulasi dipompa masuk ke unit penyaringan multimedia dengan tekanan maksimum sekitar 4 Bar. Unit ini berfungsi menyaring partikel kasar yang berasal dari air olahan. Unit filter berbentuk silinder dan terbuat dari bahan fiberglas. Unit ini dilengkapi dengan keran multi purpose (multiport), sehingga untuk proses pencucian balik dapat dilakukan dengan sangat sederhana, yaitu dengan hanya memutar keran tersebut sesuai dengan petunjuknya. Tinggi filter ini mencapai 120 cm dan berdiameter 30 cm. Media penyaring yang digunakan berupa pasir silika dan mangan zeolit. Unit filter ini juga didisain secara khusus, sehingga memudahkan dalam hal pengoperasiannya dan pemeliharaannya. Dengan menggunakan unit ini, maka kadar besi dan mangan, serta beberapa logam-logam lain yang masih terlarut dalam air dapat dikurangi sampai sesuai dengan kandungan yang diperbolehkan untuk air minum.
7. Saringan Karbon Aktif
Unit ini khusus digunakan untuk penghilang bau, warna, logam berat dan pengotor-pengotor organik lainnya. Ukuran dan bentuk unit ini sama dengan unit penyaring lainnya. Media penyaring yang digunakan adalah karbon aktif granular atau butiran dengan ukuran 1 – 2,5 mm atau resin sintetis, serta menggunakan juga media pendukung berupa pasir silika pada bagian dasar.
8. Saringan Penukar Ion
Pada proses pertukaran ion, kalsium dan magnesium ditukardengan sodium. Pertukaran ini berlangsung dengan cara melewatkan air sadah ke dalam unggun butiran yang terbuat dari bahan yang mempunyai kemampuan menukarkan ion. Bahan penukar ion pada awalnya menggunakan bahan yang berasal dari alam yaitu greensand yang biasa disebut zeolit, Agar lebih efektif Bahan greensand diproses terlebih dahulu. Disamping itu digunakan zeolit sintetis yang terbuat dari sulphonated coals dan condentation polymer. Pada saat ini bahan-bahan tersebut sudah diganti dengan bahan yang lebih efektif yang disebut resin penukar ion. Resin penukar ion umumnya terbuat dari partikel cross-linked polystyrene. Apabila resin telah jenuh maka resin tersebut perlu diregenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan cara melewatkan larutan garam dapur pekat ke dalam unggun resin yang telah jenuh. Pada proses regenerasi terjadi reaksi sebaliknya yaitu kalsium dan magnesium dilepaskan dari resin, digantikan dengan sodium dari larutan garam.
9. Sistem Jaringan Perpipaan
Sistem jaringan perpipaan terdiri dari empat bagian, yaitu jaringan inlet (air masuk), jaringan outlet (air hasil olahan), jaringan bahan kimia dari pompa dosing dan jaringan pipa pembuangan air pencucian. Sistem jaringan ini dilengkapi dengan keran-keran sesuai dengan ukuran perpipaan. Diameter yang dipakai sebagian besar adalah 1” dan pembuangan dari bak koagulasi-flokulasi sebesar 2“. Bahan pipa PVC tahan tekan, seperti rucika. Sedangkan keran (ball valve) yang dipakai adalah keran tahan karat terbuat dari plastik.
10. Tangki Bahan-Bahan Kimia
Tangki bahan kimia terdiri dari 2 buah tangki fiberglas dengan volume masing-masing 30 liter. Bahan-bahan kimia adalah ferrosulfat dan PAC. Bahan kimia berfungsi sebagai oksidator.
Cara Kerja pada Instalasi pengolahan air limbah IPAL
Unit IPAL dirancang sedemikan rupa agar cara operasinya mudah dan biaya operasionalnya murah. Unit ini terdiri dari perangkat utama dan perangkat penunjang. Perangkat utama dalam system pengolahan terdiri dari unit pencampur statis (static mixer), bak antara, bak koagulasi-flokulasi, saringan multimedia/ kerikil, pasir, karbon, mangan zeolit (multimedia filter), saringan karbon aktif (activated carbon filter), dan saringan penukar ion (ion exchange filter). Perangkat penunjang dalam sistem pengolahan ini dipasang untuk mendukung operasi treatment yang terdiri dari pompa air baku untuk intake (raw water pump), pompa dosing (dosing pump), tangki bahan kimia (chemical tank), pompa filter untuk mempompa air dari bak koagulasi-flokulasi ke saringan/filter, dan perpipaan serta kelengkapan lainnya.
Proses pengolahan diawali dengan memompa air baku dari bak penampungan kemudian diinjeksi dengan bahan kimia ferrosulfat dan PAC (Poly Allumunium Chloride), kemudian dicampur melaluistatic mixer supaya bercampur dengan baik. Kemudian air baku yang teroksidasi dialirkan ke bak koagulasiflokulasi dengan waktu tinggal sekitar 2 jam. Setelah itu air dari bak dipompa ke saringan multimedia, saringan karbon aktif dan saringan penukar ion. Hasil air olahan di masukkan ke bak penampungan untuk digunakan kembali sebagai air pencucian.
TITIK KOORDINAT IPAL SAMPLE AIR LIMBAH
TITIK KOORDINAT IPAL SANGAT DIPERLUKAN UNTUK MENDAPATKAN IZIN DARI BLHD ( BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH )
PEMANFAATAN ECENG GONDOK UNTUK Instalasi pengolahan air limbah ( IPAL )
pemakaian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Minimasi Pemisah Air Limbah (MPAL) yang memanfaatkan media tanaman Eceng Gondok.
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP)
Dalam rangka penyehatan lingkungan permukiman yang berkelanjutan, dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia sehingga masyarakat dapat menjadi lebih produktif perlu dilakukan pengembangan sistem pengelolaan air limban permukiman yang ramah lingkungan.
Dalam upaya mewujudkan situasi dan kondisi permukiman sehat yang diinginkan dan memenuhi target Millenium Development Goals (MDGs) yang disepakati dalam KTT Millenium PBB bulan September 2000, diperlukan rencana, program, dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu, efisien, dan efektif diperlukan Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman.
Peraturan Terkait
1. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
2. Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
4. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembangian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
6. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Dasar dasar Teknik dan Pengelolaan Air Limbah
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman(real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. (KepmenLH no 112/2003).
Air Limbah domestik adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga ataupemukiman termasuk didalamnya air buangan yang berasal dari WC, kamar mandi, tempat cuci, dan tempat memasak
Air limbah domestik dapat bersumber dari pemukiman (rumah tangga), daerah komersial,perkantoran, fasilitas rekreasi, apartemen, asrama dan rumah makan. Air limbah memiliki karakteristik fisik (bau, warna, padatan, suhu, kekeruhan), karakteristikkimia (organik, anorganik dan gas) dan karakteristik biologis (mikroorganisme). Karakteristikair limbah beserta dampak masing-masing terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Perencanaan Pengolahan Sistem Setempat (On-Site System)
Pada saat ini mayoritas penduduk Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaaan, masihmenggunakan sistem pengolahan air limbah sistem setempat (on-site) yang berupa tangki septik atau cubluk. Pengolahan ini dipilih karena pengolahan air limbah secara terpusat masih belum banyak tersedia di Indonesia.
Selain itu, sistem setempat juga tidak memerlukan biaya yang besar jika dibandingkan dengan sistem terpusat. Baik biaya pembangunan maupun operasionalmasih dapat ditanggung oleh para pemakainya. Pelaksanaan dan pengoperasian sistem setempatjuga lebih sederhana sehingga dapat diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara individual, keluarga ataupun sekelompok masyarakat (komunal).
Teknologi dalam pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis berdasarkanpengguna fasilitas tersebut yaitu pengolahan air limbah domestik individual dan pengolahan air limbah domestik komunal.
1. Perencanaan Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Terpusat
Rencana Induk atau Master Plan bidang Air Limbah merupakan suatu dokumen perencanaandasar yang menyeluruh mengenai pengembangan sistem Prasarana dan Sarana (P/S) AirLimbah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
Maksud dari pembuatan Rencana Induk (Master Plan) adalah:
• Perencanaan yang efektif
• Perencanaan yang efisien
• Perencanaan yang terpadu
• Perencanaan yang berwawasan lingkungan
• Perencanaan yang berkelanjutan
Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan IPLT dan IPAL
Pada pedoman pembangunan pengolahan air limbah domestik yang menggunakan sistem pengelolaan setempat atau terpusat, terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Tata cara pembangunan IPLT ini mengacu pada Petunjuk Teknis No. CT/AL/Ba-TC/ 002/98 tentang Tata Cara Pembangunan IPLT Sistem Kolam.
Operasi dan Pemeliharaan Unit IPLT
Pengoperasian instalasi pengolahan air lumpur tinja (IPLT) mengacu pada Petunjuk Teknis No.CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam. Ruang lingkupdalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan teknis dan cara persiapan pengoperasian, pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan pengendalian IPLT.
Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah sebagai berikut:
• di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan
• setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan
• air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
• tersedia influen air Iimbah
• tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
• telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
• ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
• tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
• kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundangan pengolahan air Iimbah dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja
• masyarakat sudah diberi informasi.
Pedoman Pengoperasian & Pemeliharaan IPAL
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan IPAL mengacu pada Pedoman dan Tata Cara Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Sub Bidang Air Limbah. Pedoman dan Tata Cara yang diacu adalah sebagai berikut:
• Pedoman operasi dan pemeliharaan IPAL Kolam Stabilisasi
• Pedoman operasi dan pemeliharaan IPAL Rotating Biological Contactor (RBC)
• Tata Cara Perencanaan Jaringan Perpipaan Air Limbah Terpusat tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan.
Prosedur Standar Sistem Operasi & Pembiayaan Operasi & Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Hampir seluruh kota di Indonesia, penanganan lumpur tinja dilakukan oleh Dinas Kebersihan.Pengolahan lumpur tinja merupakan salah satu dari bidang penanganan sarana umum yangtermasuk ‘cost recovery’ melalui retribusi yang dibebankan kepada masyarakat pelanggan atas jasa pengolahan lumpur.
Proses pengolahan lumpur tinja adalah menyedot lumpur tinja dari septic tank yang selanjutnya diolah di IPLT. Atau dapat juga dilakukan secara langsung dengancara mengalirkan melalui sistem perpipaan air lumpur yang sudah tersedia di InstalasiPengolahan Lumpur Tinja.
Dengan demikian atas jasa di dalam pengolahan IPLT tersebut, dapat dipungut biaya retribusiyang ditetapkan per-m3 lumpur yang diangkut ke IPLT, biaya retribusi yang dikenakandisesuaikan dengan jenis pelanggan, tingkatan pendapatan dan fasilitas bisnis maupun fasilitassosial. Selisih antara retribusi dengan biaya operasi dan pemeliharaan merupakan keuntunganbagi pengelola.
Agar keuntungan yang diperoleh ataupun kerugian yang diderita oleh pihak pengelola dapat dioptimalkan maka salah satu upaya adalah membuat suatu perencanaan biaya operasi dan pemeliharaan secara matang sebagai pedoman sehingga realisasi dapat dicapai seefisien mungkin.
Clean Construction Bidang Air Limbah
Sumber : http: // www. sanitasi. net /
A. Definisi Tinja dan Jamban
Kotoran manusia (tinja) adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dari yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feses) dan air seni (urine).
Jamban adalah suatu bangunan ruang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia bagi keluarga. Manfaat jamban adalah untuk mecegah terjadinya penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia.
B. Syarat Jamban Sehat
Syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber air minum
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus
3. Tidak mencemari tanah disekitarnya
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya
5. Dilengkapi dengan dinding dan atap pelindung
6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara
7. Luas ruangan yang cukup
8. Tersedia air dan alat pembersih
9. Lantai kedap air, terbuat dari beton dengan tulang bambu atau besi.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air
2. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir.
3. Mudah dan tidaknya memperoleh air
C. Jenis-jenis Jamban
Teknologi pembuangan kotoran manusia secara sederhana terdiri atas:
a. Jamban cemplung
Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam (1,5 sampai 3 meter) karena dapat mengotori air tanah di bawahnya, jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter, dan tempat jongkok berada langsung di atas lubang penampungan kotoran yang dilengkapi tutup.
b. Jamban cemplung berventilasi (Ventilasi Improved Pit latrine (VIP)
c. Jamban empang (Fishpond Latrine)
Jamban empang adalah jamban yang dibangun di atas empang sehinggan memungkinkan proses recycle. Jamban ini dibangun di atas empang, terjadi daur ulang yakni tinja bisa langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, lalu orang mengeluarkan tinja, dan seterusnya. Jamban ini berfungsi mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja selain itu juga menambah protein bagi nelayan penghasil ikan.
d. Jamban pupuk (Compost Privy)
Jamban ini seperti kakus cemplung dan lebih dangkal galiannya.
e. Septic Tank
Septic tank merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air di mana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tank ini tinja akan berada selama beberapa hari dan akan mengalami beberapa proses, antara lain:
a) Proses Kimiawi
Akibat dari penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge. Zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki terbut. Lapisan ini disebut scum, yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob cairan di bawahnya yang memungkinkan bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur.
b) Proses Biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktifitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum. Hasilnya selain terbentuk gas dan zat cair lainnya, dan juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan effluent ini akhirnya akan dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.
Sumber:
Hasyim, Hamzah. 2010. Modul Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. Inderalaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
https: // nitaastuti14. wordpress.com / 2014 / 04 / 14 /tinja-dan-kesehatan/
Standar Septic Tank Jamban Sehat
Sebagai seorang yang berprofesi sebagai sanitarian atau kesehatan masyarakat, tentu akan sangat akrab dengan kata septic tank. Bahkan dahulu diawal melakoni pendidikan kesehatan lingkungan (saat ospek) nama ini dijadikan nama identitas, disamping nama-nama trend lainnya seperti bowl, jetting, dan lain-lain, sehingga sekarangpun nama itu seakan telah menjadi trade mark sanitarian (sebagai mantri kakus). Berikut adalah informasi yang sebaiknya kita ketahui terkait dengan septic tank tersebut.
Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk kelompok kecil yaitu rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat (Chandra, 2007). Septic tank merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas (Entjang, 2000).
Pembangunan septic tank juga perlu memperhatikan keadaan tanah, pada kondisi tanah yang terlalu lembab dalam jangka waktu yang lama, maka tanah tersebut tidak sesuai untuk lokasi septic tank. Pada tingkat tertentu kelembaban tanah sangat mendukung kehidupan manusia, tetapi pada tingkat kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menimbulkan permasalahan bagi manusia.
Kelembaban tanah perlu diperhatikan karena berdasarkan beberapa studi disimpulkan bahwa air tanah juga tidak luput dari pencemaran. Bahan pencemar dapat mencapai aquifer air tanah melalui berbagai sumber diantaranya meresapnya bakteri dan virus melalui septic tank. Pada kondisi tanah kering, gerakan bahan kimia dan bakteri relatif sedikit, dengan gerakan ke samping praktis tidak terjadi. Dengan pencucian yang berlebihan (tidak biasa terjadi pada jamban dan septic tank) perembesan ke bawah secara vertikal hanya sekitar 3 m. Apabila tidak terjadi kontaminasi air tanah, praktis tidak ada bahaya kontaminasi sumber air.
Dengan memperhatikan pola pencemaran tanah dan air tanah, maka hal-hal berikut. harus diperhatikan untuk memilih lokasi penempatan sarana pembuangan tinja (Soeparman, 2002):
1. Pada dasarnya tidak ada aturan pasti yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan jarak yang aman antara jamban dan sumber air. Banyak faktor yang mempengaruhi perpindahan bakteri melalui air tanah, seperti tingkat kemiringan, tinggi permukaan air tanah, serta permeabilitas tanah. Yang terpenting harus diperhatikan adalah bahwa jamban atau kolam pembuangan (cesspool) harus ditempatkan lebih rendah, atau sekurang-kurangnya sama tinggi dengan sumber air bersih. Apabila memungkinkan, harus dihindari penempatan langsung di bagian yang lebih tinggi dari sumur. Jika penempatan di bagian yang lebih tinggi tidak dapat dihindarkan, jarak 15 m akan mencegah pencemaran bakteriologis ke sumur. Penempatan jamban di sebelah kanan atau kiri akan mengurangi kemungkinan kontaminasi air tanah yang mencapai sumur. Pada tanah pasir, jamban dapat ditempatkan pada jarak 7,5 m dari sumur apabila tidak ada kemungkinan untuk menempatkannya pada jarak yang lebih jauh.
Pada tanah yang homogen, kemungkinan pencemaran air tanah sebenarnya nol apabila dasar lubang jamban berjarak lebih dari 1,5 m di atas permukaan air tanah, atau apabila dasar kolam pembuangan berjarak lebih dari 3 m di atas permukaan air tanah.
2. Penyelidikan yang seksama harus dilakukan sebelum membuat jamban cubluk (pit privy), kakus bor (bored-hole latrine), kolam pembuangan, dan sumur resapan di daerah yang mengandung lapisan batu karang atau batu kapur. Hal ini dikarenakan pencemaan dapat terjadi secara langsung melalui saluran dalam tanah tanpa filtrasi alami ke sumur yang jauh atau sumber penyediaan air minum lainnya.
Secara teknis desain atau konstruksi utama septic tank sebagai berikut :
a. Pipa ventilasi. Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan adanya pipa ventilasi ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya dapat masuk ke dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk mengalirkan gas yang terjadi karena adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas dari septick tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas dapat langsung terlepas di udara bebas (Daryanto, 2005).
2. Panjang pipa ventilasi 2 meter dengan diameter pipa 175 mm dan pada lubang hawanya diberi kawat kasa (Machfoedz, 2004).
b. Dinding septic tank:
1. Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen (Machfoedz,2004)
2. Dinding septic tank harus dibuat rapat air (Daryanto, 2005)
3. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama (Chandra, 2007).
c. Pipa penghubung:
1. Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air (Chandra, 2007).
2. Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15 cm (Daryanto, 2005)
d. Tutup septic tank:
1. Tepi atas dari tutup septic tank harus terletak paling sedikit 0,3 meter di bawah permukaan tanah halaman, agar keadaan temperatur di dalam septic tank selalu hangat dan konstan sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin (Daryanto,2005).
2. Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air).
Mekanisme Kerja Septic Tank
Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, sebagai tempat tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses (Notoatmodjo, 2003):
a. Proses kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut. lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
b. Proses biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik dalam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.
Kedua tahapan di atas berlangsung di dalam septic tank. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank sehingga isi septic tank harus dibersihkan minimal sekali setahun.
2. Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya dihindari karena dapat membunuh flora bakteri di dalam septic tank.
3. Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dengan air sampai saluran pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain untuk memudahkan proses dokomposisi oleh bakteri (Chandra, 2007).
Pendapat lain dikemukakan Suriawiria (1996), bahwa salah satu cara pengelolaan tinja manusia adalah dengan penggunaan tanki septik (septic tank) dan resapannya. Dengan cara ini maka buangan yang masuk ke dalam bejana/tangki akan mengendap, terpisah antara benda cair dengan benda padatannya. Benda padatan yang mengendap di dasar tangki dalam keadaan tanpa udara, akan diproses secara anaerobik oleh bakteri sehingga kandungan organik di dalamnya akan terurai. Akibatnya, setelah kurun waktu tertentu, umumnya kalau tangki septik tersebut sudah penuh dan isinya dikeluarkan, maka sisa padatan sudah tidak berbau lagi, seperti halnya kalau kotoran/tinja tersebut dibiarkan di luar tangki septik. Yang tetap menjadi masalah adalah untuk benda cairan setelah padatannya dipisahkan, karena di dalam cairan tersebut masih akan terkandung sejumlah mikroba, yang mungkin masih bersifat patogen (dapat menyebabkan penyakit). Karenanya salah satu cara pemecahan yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan resapan, untuk mengalirkan benda cairan setelah benda padatnya mengendap. Cara resapan yang digunakan adalah dengan membuat lapisan yang terdiri dari batu kerikil di bawah tanah sehingga air yang meresap masih mendapatkan suplai oksigen (aerobik), sehingga mikroba patogen akhirnya akan terbunuh.
Pembangunan Septic Tank
Untuk keperluan perencanaan maka volume septic tank harus dihitung. Perencanaan ini alan menyangkut jumlah pemakai, masa pengurasan, serta perkiraan volume rata-rata tinja yang dihasilkan. Untuk keperluan perencanaan apabila tidak tersedia data hasil penelitian setempat, maka dapat digunakan angka kuantitas tinja manusia sebesar 1 Kg berat basah per orang per hari (Soeparman, 2002).
Septic tank satu ruang Keterangan:
A = Inlet
B = Outlet
C = Penahan
D = Busa yang mengapung
E = Lumpur
F = Ruang bebas busa
G = Ruang bebas lumpur
H = Kedalaman air dalam tangki
I = Ruang kosong
J = Kedalaman pemasukan penahan
K = Jarak penahan ke dinding, 20-30 cm
L = Sisi atas penahan 2,5 cm di bawah dinding atas tangki
M = Tutup tangki, biasanya bulat
N = Permukaan tanah, kurang dari 30 cm di atas tangki (jika kurang, naikkan tutup tangki ke permukaan tanah)
Septic tank dua ruang
A = Bagian inlet
B = Bagian outlet
C = Ruang penggelontoran
D = Sifon penggelontoran
E = Penurunan kedalaman cairan
F = Outlet
G = Tutup lubang pemeriksa
Article Source :
1. Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Daryanto. 2005. Kumpulan Gambar Teknik Bangunan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
3. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta: PT. Rineka Cipta
4. Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu Pengantar). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sumber: http : // inspeksisanitasi . blogspot .co.id / 2009/08/septic-tank.html#sthash.dLczE1xt.dpuf
Solusi Tepat Penyelesaian & Pembersihan Limbah Cair Domestik Industri, Perkantoran, Gedung/Apartment, Perumahan, Rumah Tangga (septictank suction/cleaning), serta penanganan / pelancaran saluran mampet/tersumbat (clogged handling service)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar